Minggu, 12 Februari 2012

SI MISKIN MAU BUNUH DIRI

Ada seorang warga di sebuah perkampungan terpencil bernama jidatn yang mempunyai tujuh orang anak. Jidatn dan ketujuh orang anaknyadikenal sebagai keluarga yang sangat miskin. Dari ketujuh anaknya tersebut, ia memiliki empat orang anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Dalam hidupnya, jidatn selalu dirundung kesedihan dan kerap kali merasakan bosan dalam hidupnya yang miskin. Jidatn selalu merasa minder dan malu jika bertemu dengan temannya yang kini telah berhasil menjadi menjadi orang kaya. Selain itu pula, jidatn sendiri berpikir tidak merasa layak lagi untuk hidup di dunia lantaran karena kemmiskinannya;. hingga pada suatu saat, mmuncullah dalam pemikiran jidatn untuk bunuh diri. Pada suatu ketika, pergilah jidatn ke hutan yang jauh dari perkampugan warga. Setibanya disana, ia meliihat ada sebuah pohon yang tinggi dan dibawahnya terdapat batu besar. Sejenak ia tersentak dan terdiam merenungkan apa yang hendak dilakukannya. Namun setelah itu, jidatn yang kecewa atas nasib yang ia derita, dan tak ayal lagi jidatn pun menoleh ke atas kayu tersebut, lantas memanjat sampai puncak pokok kayu itu. Ia berpikir, ketika sampai di ujung pohon yang cukup tinggi itu.,kemudian ia akan melepas tangannya dan menjatuhkan diri dari pohon, hingga menimpa batu besar dan kemudian habislah nyawanya. Hingga keluarga dirumah pun tidak susah lagi mengurusnbya. Sesampai dipuncak pohon tersebut, dan seperti apa yang telah ia pikirkan, k,emudian jidatn pun melepaskan diridari pohon. Sebelum sampai ketanah, tampak orang tua yang tiba-tiba muncul dan menyambutnya. "Hei, Jidatn. Mengapa kamu begini?" tanya orang tuja itu. "saya mau bunuh diri, pak," jawab Jidatn. " Apa sebabnya?" tanya orang tua itu rada kebingungan. "Saya tidak tahan lagi hidup dalam kemiskinan, sampa-sampai ketujuh anak saya juga turut miskin seperti saya. Jadi lebih baik saya mati saja," sahut Jidatn kesal. "Kamu belum waktunyha mati Jidatn. Seperti pepatah mengatakan bahwa sebelum ajal berpantang mati," terang orang tua itu pada Jidatn. Kemudian orang tua itu bertanya lagi keppada Jidatn, "Andai kata kamu hidup kaya, ingin berapa tahun lagikah kamu hidup didunia ini?" Sentak Jidatn berpikr, kalau tiga puluh tahun lagi saya hidup, saya dapat melihat hidup anak saya selanjutnya, nah..Sekarangsaya sudah berumur lima puluh tahun. jika ditambah tiga puluh tahun lagi, berarti usia saya akan menjadi delapan puluh tahun. Saya pun akan merasa puas hidup di dunia ini. Setelah sejenak ia berpikikr, tiba-tiba ia menyahut. "kalau saya dengan anak saya semuanya kaya, saya cukup hidup tiga puluh tahun lagi,"harap Jidatn. Mendengar itu, orang tua tersebut mencoba menawarkkan pilihan kepada Jidatn,"Jika empat puluh tahun lagi bagaimana," tanya orang tua itu. Tetapi pertanyaan orang tua tersebut tak di indahkan Jidatn dan ia tetap bersikukuh pada jawaban sebelumnbya. "cukuplah tiga puluh tahun," jawab Jidatn. "Nah, sekarang kamu pulanglah, lakukanlah apa yang hendak kamu kerjakan,niscaya itu semua akan berhasil. Cukup tiga puluh tahun, saya akan datang untuk mengambilmu," kata orang tua itu, yang kemudian menghilang dari pandangan Jidatn. Setelah bertemu orang tua tersebut, Jidatn pun bergegas pulang kerumahnya. Sesampai di rumah, Jidatn mengumpulkan anak-anaknya dan kemudian ia menceritakan semua yang telah dialami kepada ke tujjuh anaknya. Atas segala nasihat orang tua tersebut, Jidatn pun menginginkan agar anaknya untuk bersama-sama berusaha. Karena menurut orang tua yang dijumpainnya, usaha yang akan dikerjakan mereka kelak, akan mmembuahkan hasil dan mereka akan menjadi orang kaya raya. Dengan satu perjanjian Jidatn, jika kelak telah cukup tiga puluh tahun maka ia akan di ambil oleh orang tua tersebut. Keesokan hari nya, Jidatn bersama ketujuh anaknya mmulai berusaha dan ternyata usaha mereka benar-benar berhasil. Waktu terus berlalu, hingga setelah beberapa tahun kemudian hidup mereka pun mulai mengalami perubahan, yang semula miskin dan akhirnya menjadinya menjadi kaya raya. Tanpa disadari sebelumnya, hal tersebut merupakan buah dari kerja keras mereka. Kendati demikian, mereka masih tetap percaya bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah sebuah mukjizat dari perkataan orang tua tersebut. Atas hasil kerja keras keluarga Jidatn, akhirnya menjadi kaya raya. Mereka menjadi keluarga yang harmonis dan paling bahagia di kampungnya. Jidatn beserta keluarganya menjadi keluarga yang terpandang dan disegani oleh warga di kampung tersebut. Walau mereka telah memiliki harta yang melimpah, namun mereka tidak pernah sombong dan di senangi banyak orang. Sikap dermawan kelluarga ini membuat mereka selalu dikenang oleh warga baik di kampung sendiiiri maupun perkampungan lainnya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, hingga tibalah saatnya Jidatn untuk menepati janjinya. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Jidatn merasa belum puas menikmati hasil jerih payahnya. Jidatn sempat menyesal untuk mengatakan tiga puluh tahun, jika seandainya saja dulu ia menerima usia yang diberi orang tua itu selama empat puluh tahun lagi, mungkin masih banyak lagi yang bisa ia lakukan. Namun itulah "janji" apa yang hendak ia kata, janji adalah hutang dan ia pun harus menepatnya. Rasa belum puas selalu menghantui pikirannya,setiap saat ia tak bisa tenang ketika harus memikirkan harta kekayaannya. Waktu terus berjalan, kini Jidatn semakin sadar bahwa waktunya sudah tidak lama lagi. Kurang lebih seminggu lagi, semua impiannya akan segera berakhir dan perjanjian itu genaplah tiga puluh tahun. Sedari itu, kemudian Jidatn bergegas menyuruh anaknya untuk membuat sebuah peti besar, sebagai tempat persembunyiannya. Setelah selesai pembuatan peti oleh anaknya, Jidatn pun masuk kedalam peti besar tersebut yang sengaja dibuat indah dan sangat istimewa oleh anaknya, dan dilengkapi dengan tempat tidur didalamnya. Tepat pada hari ketujuh, anak-anaknya berkumpul mennunggu kedatangan orang tua tersebut, yang hendak mengambil bapak mereka. Sebelum masuk ke peti, Jidatn sempat berpesan kepada anaknya, "kalau orang tua itu datang, katakan saja bahwa saya telah hilang dari rumah dan tidak tahu ke mana saya pergi," ujar Jidatn pada ketujuh anaknya. Sepanjang hari itu, ketujuh anaknya dengan sabar menanti kedatangan orang tua tersebut. Namun hingga sore harinya orang tua itu pun tak kunjung tiba. Lalu berkatalah anaknya yang bungsu. "Saya mau memberi bapak makan dulu, mungkin bapak sudah merasa lapar sekali karena seharian dia belum makan," kata si bungsu. Ketika si bungsu membuka peti itu dan hendak memberikan makanan, ternyata ayahnyay sudah meninggal dunia. Seketika itu, suasana menjadi berubah mengharukan. Ketujuh anaknyatidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi dan mereka belum siap menerima kepergian sang ayah. Mendengar itu, berbondonglah orang kampung mengunjungi rumah Jidatn yang dikenal baik dan dermawan namun telah meninggal dunia. Bukan hanya kampung itu saja, namun kepergian Jidatn meninggalkan duka yang mendalam bagi seluruh warga perkampungan lainnya. Inilah sebuah perjalanan kehidupan manusia. Tidak ada seorang pun yang mampu menyangkal dan menghindari ajal yang akan menjemputnya. Walaupun telah sembunyi dalam peti, namun kuasa tuhanlah yang lebiih berkuasa di atas segalanya. Cerita Dayak Krio,desa Menyumbung.

0 komentar :

Posting Komentar